Apakah lebih baik diam?

     Ada banyak hal yang dapat dipelajari dalam kehidupan selama ini, ternyata diam itu lebih baik daripada menyakiti hati orang lain. Memendam perasaan dan kekecewaan yang dirasakan itu lebih baik. Lalu harus bagaimanakah kita bersikap?? Nyatanya menutup diri dan menghindari dari orang-orang yang menyakiti terasa lebih baik bukan ? Namun ternyata salah besar. Memaafkan dan tidak menghindari itu yang lebih baik, meskipun hati kita tak terima diperlakukan seperti itu. 

    Tapi implementasi untuk memaafkan memang sangatlah berat, mencontoh prilaku nabi juga sangat susah. Meskipun nabi dibenci, dicaci bahkan ada yang mau membunuhnya ehh malah beliau jadikan menjadi sahabatnya, dan tidak marah ke orang yang mencaci dan membencinya. Sungguh luar biasa akhlak nabi. Jelas susah untuk mengimplementasikan akhlak nabi pada kehidupan sehari-hari. Karena iman kita tidak sama dengan nabi. Ujian manusia memang berbeda-beda.

    Bagaimana rasanya menjadi diri sendiri yang tidak mempunyai support dari lingkungan terutama internal ? Bagaimana rasanya dikeramaian seperti merasa sendiri ?, rasanya kehidupan didunia tidak adil !! apakah dunia ini tempat berlomba-lomba untuk menjadi yang terkaya, yang terhebat, yang tercepat sukses, yang tercepat menikah ?. Bukankah semuanya sudah diatur? semuanya mempunyai garis start dan finish yang berbeda bukan ? bukankah diri kita juga berusaha ? lalu apakah kita diam saja ? tentu tidak, kita berusaha. Terkadang tekanan itu bukan dari diri sendiri, melainkan dari lingkungan. Berat sekali rasanya ya allah dunia ini, berikan aku seseorang yang dapat menguatkan dunia akhiratku. Bercerita melalui tulisan rasanya paling jujur, tidak ada yang mendebat, bereskpresi sesuka hati. Jika bicara langsung selalu salah dimatanya, akanku diam membisu. Bicara seperlunya..

Ku rasa semakin bertambahnya umur semakin males untuk berargumen, itu pun dirasa tempat berargumen yang tidak tepat. Kadang ingin menjadi pribadi yang bertolak belakang dengan karakter asli, dari yang berisik menjadi pendiam. Rasanya berargumen ditempat yang tidak tepat hanya membuang energi untuk berbicara saja. 

Aku rasa dunia ini pait melebihi kopi 

Kapan dunia akan penuh warna kembali ?

Layaknya pelangi yang penuh warna

Diam rasanya lebih baik

Dibanding berisik yang tidak dihargai

Aku ingin menjadi rumput, hanya diam dan tertiup angin

Mengamati dunia yang penuh sandiwara 

Mungkinkah hati ini rapuh seperti karang dilautan yang diterjang ombak

Hancur berkeping-keping, bisa disatukan kembali namun tidak seperti sedia kala

Kini Aku tak sekuat baja, yang ditekan namun masih kuat

Aku hanyalah kayu, yang terbakar lalu tinggal butiran debu

Aku bukanlah "Aku" yang dulu 

Bahkan aku tidak mengenali diriku 

Namun sekarang aku merindukan diriku yang dulu



Comments